SINTESIS ZINK
SALISILAT
Untuk memenuhi salah satu tugas praktikum kimia
anorganik Dosen Pengampu: Cepi Kurniawan, S.Si., M.Si., Ph.D.
KELOMPOK 3:
1. SOFFIA JANNATI
|
(4311417054)
|
2. AINUNA FAUZIA E
|
(4311417056)
|
3. RAHMI FAUZIAH
|
(4311417061)
|
4. RISA DESTIA HAPSARI
|
(4311417064)
|
5.
KUKUH SUGENG L
|
(4311417065)
|
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2019
SINTESIS ZINK SALISILAT
A. TUJUAN
1. Mengetahui tahapan proses sintesis zink salisilat dari asam salisilat dan Zn(NO3)2
2. Mendapatkan karakteristik dari zink salisilat yang telah disintesis
B. LANDASAN TEORI
Seng adalah salah satu biografi yang paling signifikan. Seng adalah komponen penting dari banyak protein. Zn2+ ion sangat berinteraksi dengan sulfur, nitrogen, oksigen yang bersifat elektronegatif. Itu tidak mempromosikan pembentukan radikal bebas beracun. Kompleks logam dari ligan yang penting secara biologis kadangkadang lebih efektif daripada ligan bebas. Kompleks seng dengan ligan bioaktif mengkatalisasi banyak proses enzimatik dalam sistem biologis dan mereka dianggap memiliki efek farmasi terhadap bakteri, jamur dan virus (Bujdošová et al. 2009).
Kompleks akan terbentuk dari suatu kation atau logam dengan beberapa molekul netral atau ion donor dengan fungsi kation sebagai ion pusat sedangkan anion sebagai ligan pada hal ini ion kompleks terbentuk dikarenakan orbital d belum tersisi penuh. Zn2+ merupakan logam transisi yang memiliki konfigurasi d10 sehingga memiliki kemampuan untuk membentuk kompleks dengan anion maupun molekul netral yang bertindak sebagai donor electron bebeas (Hermawati et al. 2016).
Asam salisilat merupakan asam organik dengan nama lain 2-hidroksi benzoat memiliki struktu kimia C7H6O3 dengan pKa 2,97 didapatkan melalui ekstraksi dari batang pohon willow. Bentuk fisik dari asam salisilat berupa serbuk dengan kristal putih berasa manis, tidak berbau dan stabil pada udara bebas (Sulistyaningrum et al. 2012). Asam salisilat dengan sifat penyembuhannya telah dikenal selama berabadabad. Telah diketahui bahwa asam salisilat dan turunannya adalah obat antiinflamasi, anti-piretik, dan analgesik non-steroid. Dari sudut pandang kimia koordinasi, asam salisilat adalah ligan serbaguna karena memiliki dua pusat donor dalam geometri ligan yang memfasilitasi penghubungan atau penghubungan logam untuk kation ukuran sedang atau besar. Selain itu, gugus hidroksil dalam ligan salisilat dapat berpartisipasi dalam ikatan hidrogen intra dan intermolekul (Kucková . et al. 2015). Aplikasi dari zink salisilat digunakan sebagai antifouling pada coating kelautan dengan mengujinya menggunakan larva Artemia dengan coating untuk mengevaluasi selama 12 bulan (Belotti & Romagnoli . 2014). Tahapan proses analisis untuk mengetahui jumlah perbandingan jumlah dan perbandingan ion (kation dan anion) senyawa zink salilisat dalam pelarut standar terkalibrasi menggunakan metode konduktivitas yakni dengan cara membandingkan daya hantar molar zink salisilat dengan senyawa ionik sederhana dalam berbagai pelarut yang sesuai hal ini dapat mengetahui konsentrasi dari jumlah ion dari senyawa elektrolit (Lee, 1994). Sedangkan untuk analisis gugus menggunakan metode analisis FT-IR.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan antara lain Erlenmeyer 250 Ml, Labu Ukur 50 Ml (3), pipet volume,neraca analitik, pembakar spirtus, spatula,batang pengaduk, ball pipet,kaca arloji,labu takar,gelas ukur, FT-IR, Spektofotometri UV-VIS, konduktometri dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain Zn(NO3)2 , NaHCO3, asam salisilat, aquadest, dan metanol
D. LANGKAH KERJA
1. Membuat larutan Zn(NO2)3 , NaHCO3 (dalam 50 ml aquadest) dan asam salisilat dalam 50 ml methanol.
2. Larutan Zn(NO2)3 dicampurkan dengan larutan NaHCO3.
3. Larutan asam salisiliat ditambahkan ke suspense cair pada Zn(NO2)3 dengan NaHCO3, larutan diaduk.
4. Dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 80°C dan dibiarkan mengkristal dalam suhu kamar. 5. Karakterisasi senyawa kompleks menggunakan spektrofotometer infra merah (FTIR), spektrofotometer UV-VIS, konduktometri dan mikroskop optic.
1. Mengetahui tahapan proses sintesis zink salisilat dari asam salisilat dan Zn(NO3)2
2. Mendapatkan karakteristik dari zink salisilat yang telah disintesis
B. LANDASAN TEORI
Seng adalah salah satu biografi yang paling signifikan. Seng adalah komponen penting dari banyak protein. Zn2+ ion sangat berinteraksi dengan sulfur, nitrogen, oksigen yang bersifat elektronegatif. Itu tidak mempromosikan pembentukan radikal bebas beracun. Kompleks logam dari ligan yang penting secara biologis kadangkadang lebih efektif daripada ligan bebas. Kompleks seng dengan ligan bioaktif mengkatalisasi banyak proses enzimatik dalam sistem biologis dan mereka dianggap memiliki efek farmasi terhadap bakteri, jamur dan virus (Bujdošová et al. 2009).
Kompleks akan terbentuk dari suatu kation atau logam dengan beberapa molekul netral atau ion donor dengan fungsi kation sebagai ion pusat sedangkan anion sebagai ligan pada hal ini ion kompleks terbentuk dikarenakan orbital d belum tersisi penuh. Zn2+ merupakan logam transisi yang memiliki konfigurasi d10 sehingga memiliki kemampuan untuk membentuk kompleks dengan anion maupun molekul netral yang bertindak sebagai donor electron bebeas (Hermawati et al. 2016).
Asam salisilat merupakan asam organik dengan nama lain 2-hidroksi benzoat memiliki struktu kimia C7H6O3 dengan pKa 2,97 didapatkan melalui ekstraksi dari batang pohon willow. Bentuk fisik dari asam salisilat berupa serbuk dengan kristal putih berasa manis, tidak berbau dan stabil pada udara bebas (Sulistyaningrum et al. 2012). Asam salisilat dengan sifat penyembuhannya telah dikenal selama berabadabad. Telah diketahui bahwa asam salisilat dan turunannya adalah obat antiinflamasi, anti-piretik, dan analgesik non-steroid. Dari sudut pandang kimia koordinasi, asam salisilat adalah ligan serbaguna karena memiliki dua pusat donor dalam geometri ligan yang memfasilitasi penghubungan atau penghubungan logam untuk kation ukuran sedang atau besar. Selain itu, gugus hidroksil dalam ligan salisilat dapat berpartisipasi dalam ikatan hidrogen intra dan intermolekul (Kucková . et al. 2015). Aplikasi dari zink salisilat digunakan sebagai antifouling pada coating kelautan dengan mengujinya menggunakan larva Artemia dengan coating untuk mengevaluasi selama 12 bulan (Belotti & Romagnoli . 2014). Tahapan proses analisis untuk mengetahui jumlah perbandingan jumlah dan perbandingan ion (kation dan anion) senyawa zink salilisat dalam pelarut standar terkalibrasi menggunakan metode konduktivitas yakni dengan cara membandingkan daya hantar molar zink salisilat dengan senyawa ionik sederhana dalam berbagai pelarut yang sesuai hal ini dapat mengetahui konsentrasi dari jumlah ion dari senyawa elektrolit (Lee, 1994). Sedangkan untuk analisis gugus menggunakan metode analisis FT-IR.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan antara lain Erlenmeyer 250 Ml, Labu Ukur 50 Ml (3), pipet volume,neraca analitik, pembakar spirtus, spatula,batang pengaduk, ball pipet,kaca arloji,labu takar,gelas ukur, FT-IR, Spektofotometri UV-VIS, konduktometri dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain Zn(NO3)2 , NaHCO3, asam salisilat, aquadest, dan metanol
D. LANGKAH KERJA
1. Membuat larutan Zn(NO2)3 , NaHCO3 (dalam 50 ml aquadest) dan asam salisilat dalam 50 ml methanol.
2. Larutan Zn(NO2)3 dicampurkan dengan larutan NaHCO3.
3. Larutan asam salisiliat ditambahkan ke suspense cair pada Zn(NO2)3 dengan NaHCO3, larutan diaduk.
4. Dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 80°C dan dibiarkan mengkristal dalam suhu kamar. 5. Karakterisasi senyawa kompleks menggunakan spektrofotometer infra merah (FTIR), spektrofotometer UV-VIS, konduktometri dan mikroskop optic.
- Karakterisasi Senyawa Kompleks Seng Salisilat
- Sampel kristal seng salisilat di timbang menggunakan neraca analitik..
- Bersihkan semua alat yang digunakan untuk preparasi sampel menggunakan larutan aseton dan tidak ada pengotor.
- Sampel dicampur dengan bubuk KBr spektroskopi kemudian dilakukan penggerusan pada mortat kecil dengan perbandingan 1:10 hingga homogen.
- Masukkan kedalam disc cetakan pembuat pellet, usahakan tidak terlalu tipis dan tidak tebal karena akan mempengaruhi hasil sinar yang akan menembus pellet.
- Ditekan menggunakan pompa hidrolik kemudian akan membentuk pellet sampel.
- Buka tuas pompa dan ambil disc pellet sampel protein-KBr.
- Sampel diuji menggunakan FT-IR dengan menempatkannya pada lintasan sinat alat FT-IR dan dihasilkan spectrum FT-IR yang diinginkan.
- Karakterisasi Spektrofotometer UV-VIS
- Sampel kristal seng salisilat dilarutkan dalam methanol dengan konsentrasi sekecil mungkin.
- Masukkan larutan dalam kuvet yang sebelumnya sudah dicuci.
- Kemudian, dilakukan Analisa hingga muncul spektrum.
- Diulangi sampel blanko yaitu asam salisilat.
- Karakterisasi Konduktometri
- Siapkan gelas beaker beriisi methanol, aquadest dan sampel kristal seng salisilat yang sudah diencerkan. Siapkan juga alat kontuktometri yang akan digunakan.
- Cuci elektroda dengan aquadest 2 kali dan dilap, celupkan dalam methanol 1 kali dan dicelupkan dalam larutan seng salisilat sampai bagian yang bewarna kuning tercelup dan dipegang dengan stabil.
- Lihat nilai konduktivitasnya pada alat konduktometer.
- Cuci elektroda dan keringkan.
- Karakterisasi Mikroskop Optic
- Nyalakan tombol ON pada miksoskop optic yang sudah tersambung dengan perangkat computer.
- Ambil sedikit kristal dan letakkan pada meja.
- Arahkan mikroskop optic pada kristal seng salisilat dengan mengatur cahaya pada mikroskop optic agar cahaya dapat focus.
- Pada layer computer akan muncul gambarnya.
D. LANGKAH KERJA
1. Membuat larutan Zn(NO2)3 , NaHCO3 (dalam 50 ml aquadest) dan asam salisilat dalam 50 ml methanol.
2. Larutan Zn(NO2)3 dicampurkan dengan larutan NaHCO3.
3. Larutan asam salisiliat ditambahkan ke suspense cair pada Zn(NO2)3 dengan NaHCO3, larutan diaduk.
4. Dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 80°C dan dibiarkan mengkristal dalam suhu kamar.
5. Karakterisasi senyawa kompleks menggunakan spektrofotometer infra merah (FT- IR), spektrofotometer UV-VIS, konduktometri dan mikroskop optic.
· Karakterisasi Senyawa Kompleks Seng Salisilat
1. Sampel kristal seng salisilat di timbang menggunakan neraca analitik..
2. Bersihkan semua alat yang digunakan untuk preparasi sampel menggunakan larutan aseton dan tidak ada pengotor.
3. Sampel dicampur dengan bubuk KBr spektroskopi kemudian dilakukan penggerusan pada mortat kecil dengan perbandingan 1:10 hingga homogen.
4. Masukkan kedalam disc cetakan pembuat pellet, usahakan tidak terlalu tipis dan tidak tebal karena akan mempengaruhi hasil sinar yang akan menembus pellet.
5. Ditekan menggunakan pompa hidrolik kemudian akan membentuk pellet sampel.
6. Buka tuas pompa dan ambil disc pellet sampel protein-KBr.
7. Sampel diuji menggunakan FT-IR dengan menempatkannya pada lintasan sinat alat FT-IR dan dihasilkan spectrum FT-IR yang diinginkan
.
· Karakterisasi Spektrofotometer UV-VIS
1. Sampel kristal seng salisilat dilarutkan dalam methanol dengan konsentrasi sekecil mungkin.
2. Masukkan larutan dalam kuvet yang sebelumnya sudah dicuci.
3. Kemudian, dilakukan Analisa hingga muncul spektrum.
4. Diulangi sampel blanko yaitu asam salisilat.
· Karakterisasi Konduktometri
1. Siapkan gelas beaker beriisi methanol, aquadest dan sampel kristal seng salisilat yang sudah diencerkan. Siapkan juga alat kontuktometri yang akan digunakan.
2. Cuci elektroda dengan aquadest 2 kali dan dilap, celupkan dalam methanol 1 kali dan dicelupkan dalam larutan seng salisilat sampai bagian yang bewarna kuning tercelup dan dipegang dengan stabil.
3. Lihat nilai konduktivitasnya pada alat konduktometer.
4. Cuci elektroda dan keringkan.
· Karakterisasi Mikroskop Optic
1. Nyalakan tombol ON pada miksoskop optic yang sudah tersambung dengan perangkat computer.
2. Ambil sedikit kristal dan letakkan pada meja.
3. Arahkan mikroskop optic pada kristal seng salisilat dengan mengatur cahaya pada mikroskop optic agar cahaya dapat focus.
4. Pada layer computer akan muncul gambarnya.
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum Sintesis Zn(II) Salisilat
bertujuan untuk mengetahui tahapan proses sintesis zink salisilat dari asam
salisilat dan Zn(NO3)2 dan mendapatkan karakteristik dari zink salisilat yang telah
disintesis. Reaksi yang terjadi:
Gambar 1 Reaksi pembuatan Zn-salisilat
Seng stabil dalam bentuk kation divalen
(Zn2+) dan bentuk ini tidak memiliki kemampuan mereduksi atau mengoksidasi.
Seng dapat membentuk kompleks dengan senyawa organik dan inorganik, misalnya
salisilat, sulfat, oksida, karbonat, sitrat, glukonat, dan beberapa asam amino
(histidin, metionin, lisin) (Saper, R.B. 2009).
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang
tersusun dari atom pusat dan ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi,
alkali atau alkali tanah. Ion atau molekul netral yang memiliki atom - atom
donor yang dikoordinasikan dengan atom pusat disebut dengan ligan. Senyawa
kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara ion logam
atom pusat dengan suatu ligan. Sintesis senyawa kompleks melibatkan reaksi
antara larutan yang mengandung molekul atau ion negatif sebagai ligan (Nur
Candar Eka, 2012).
Zn-salisilat adalah antiseptik zat dan
sumber seng untuk produk perawatan pribadi, seperti serbuk debu. Zn-salisilat
merupakan senyawa kompleks yang tersusun dari atom pusat Zn dan ligan
salisilat. Zn-salisilat merupakan senyawa kompleks yang mudah larut dalam
metanol.
Pada praktikum
ini untuk mensintesis larutan Zn-salisilat, padatan Zn(NO3)2
sebanyak 1,3072 gram dilarutkan dalam aquadest sampai
50mL
karena padatan ini dapat larut dalam air.
Gambar
2. Struktur seng nitrat
Kemudian padatan asam salisilat sebanyak 1,3812 gram
dilarutan dalam 50mL metanol karena padatan ini larut dalam metanol. Kedua
larutan dicampurkan dengan larutan NaHCO3 dari padatan 0,84 gram yang
dilarutkan dalam 50mL aquadest. Setelah dicampurkan terdapat sedikit endapan,
kemudian larutan campuran dipanaskan sampai terbentuk kristal Zn-salisilat.
Pemanasan dilakukan sampai suhu 80oC tetapi tidak terbentuk kristal sehingga
dilakukan pemasan kembali agar larutan menguap, setelah pemanasan dilakukan
sampai larutan mencapai 50mL kristal mulai terbentuk. Kemudian larutan disaring
dan kristal yang didapatkan dimasukkan ke dalam desikator.
Pada praktikum ini dilakukan empat
karakterisasi yaitu FT-IR (Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red),
UV-Vis spektrofotometer, Konduktometri, dan Microscope.
Metode analisis yang digunakan untuk
mengetahui bentuk morfoligi kristal Zn-salisilat adalah mikroskop digital.
Hasilnya adalah bentuk kristal dengan ujung runcing dan warna putih mengkilat.
Gambar 3 Morfologi
kristal Zn-salisilat
Mikroskop digital yang digunakan adalah
mikroskop digital USB 1000X.
Mikroskop digital ini didukung dengan aplikasi penunjang yang sanggup
mengetahui jumlah dimensi objek bertambah rinci, dengan perbesaran rasio 1000x
lebih besar dari aslinya dengan kualitas kamera 2.0MP yang menghasilkan warna
natural, focus dan bersih. Sehingga, mampu melihat benda-benda kecil secara
rinci dan jelas, dan juga keunggulannya
dapat disambungkan ke computer atau leptop dan dapat disimpan dalam file gambar
maupun video.
Spektrofotometri ultraviolet-visible
(UV-VIS) adalah analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom
atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada daerah panjang gelombang
190-138 nm (UV) atau 380-780 nm(Vis) (Mulja dan Suharman,1995).
Gambar 4 Spektrum
UV-Vis Zn-Salisilat
Gambar 5 Spektrum UV-VIS Asam Salisilat
Pada hasil analisis menggunakan UV-VIS pada sample
Zn-salisilat yang disintesis dari asam salisilat dan Zn(NO3)2.
Bersadarkan hasil pengukuran spektrum didapatkan (λ)
sebesar 296.0 nm dengan puncak kecil sebelumnya pada rentan 220 nm. Dari hasil
UV-VIS diduga bahwa Zn-O mengalami peningkatan. Sedangkan pada analisis asam
salisilat menunjukan spektrum (λ)
didapatkan pada 302.0 nm hal ini diartikan bahwa 2 senyawa yang di analisis
memiliki struktur yang berbeda. Larutan yang dianalisis memiliki warna putih
bening sehingga memiliki keterbatasan pengukuran menggunakan UV-VIS yang
mengacu pada warna larutan saat pengukuran.
Konduktivitas suatu zat dapat disebut
kemampuan suatu zat untuk menghantarkan listrik dengan satuan siemens (ohm-1)
dengan menggunakan alat konduktometer. Pengukuran konduktivitas ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah dan muatan ion pada senyawa kompleks dengan
membandingkan hasil daya hantar ekivalen standar. Daya hantar ekivalen
merupakan daya hantar 1 mol ekivalen larutan elektrolit antara dua buah
elektroda berjarak 1 cm. Identifikasi konduktivitas dapat memberikan informasi
mengenai besarnya daya hantar listrik dan mengetahui jumlah dan perbandingan
ion (kation dan anion) senyawa kompleks dalam pelarut, yang juga dapat
digunakan untuk menentukan formula kompleks lebih detail.
Daya hantar molar suatu larutan bergantung
pada konsentrasi dan jumlah ion dari senyawa elektrolit. Jumlah muatan atau
jumlah ion dari spesies yang terbentuk ketika larutan kompleks dilarutkan dapat
diketahui dengan cara membandingkan daya hantar molar kompleks tersebut dengan
senyawa ionik sederhana dalam berbagai pelarut yang sesuai dan diketahui daya
hantar molarnya(Lee, 1994).
Sisa asam atau anion dalam suatu kompleks
dapat diperkirakan apakah terkoordinasi pada atom pusat sebagai ligan atau
hanya sebagai anion sisa asam. Dengan membandingkan konduktivitas molar suatu
senyawa ionik yang diketahui molarnya, dapatlah diperkirakan jumlah ion (kation
dan anion) yang dihasilkan dalam larutan (Szafran, 1991).
Hasil percobaan ini didapatkan
konduktivitas Zn(C6H4-2-(OH)COO)2. H2O sebesar 42,0µS sedangkan konduktivitas larutan pembanding yaitu
metanol sebesar 44,2µS. Daya hantar zinksalisilat mendekati daya hantar
metanol, apabila daya hantar listrik semakin besar maka semakin besar
keelektrolitan suatu larutan hal tersebut berarti metanol lebih bersifat
elektrolit dibanding zinksalisilat.
FTIR merupakan salah satu teknik
spektroskopi inframerah yang dapat mengidentifikasi kandungan gugus kompleks
tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan unsur - unsur penyusunnya.
Gambar 6. Spektrofotometer sintesis Zn-salisilat
Pengukuran menggunakan FT-IR hasil
sintesis zinksalisilat yang dipreparasi menggunakan KBr dengan perbandingan
sampel 1:10. Adapun puncak serapan gelombang sebagai berikut:
Tabel 1Pita Absorpsi FTIR
Pada spektrum 3337,73 Cm-1 menunjukan
vibrasi gugus O-H, untuk spektrum 1597,30 cm-1 menunjukan
vibrasi gugus C=C (aromatik), spektrum 1463,55 cm-1 dan 1384,93
cm-1 menunjukan vibrasi gugus C-H (alkana), spektrum 1150,61 cm-1 menunjukan
vibrasi gugus C-O (karboksilat), spektrum 875,51 dan 757,91 cm-1 menunjukan
vibrasi gugus C-H (alkena),dan spektrum 525,33 cm-1 menunjukan
vibrasi gugus Zn-O.
G. KESIMPULAN
1. Sintesis
senyawa kompleks Zn(II) Salisilat dilakukan dengan Zn(NO3)2 dan Asam
salisilat sehingga menghasilkan kristal berwarna putih. Reaksi yang terjadi:
Gambar 7 Reaksi pembuatan Zn-salisilat
2. Karakterisasi Zn-Salisilat menggunakan mikroskop untuk
mengetahui morfologi kristal Zn-salisilat, FT-IR untuk mengetahui gugus fungsi,
konduktrometri untuk mengetahui konduktifitas senyawa kompleks, dan
spektrofotometer UV-VIS untuk mengetahui panang gelombang maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
Bujdošová, Z., Győryová, K., Kovářová, J., Hudecová,
D., & Halás, L. 2009. Synthesis, biological and physicochemical properties
of Zinc(II) salicylate and 5-chlorosalicylate complexes with theophylline and
urea. Journal of Thermal Analysis and
Calorimetry. Vol 98(1): 151–159.
Kucková, L., Jomová, K., Švorcová, A.,
Valko, M., Segľa, P., Moncoľ, J., & KožÃÅ¡ek, J. 2015. Synthesis, Crystal
Structure, Spectroscopic Properties and Potential Biological Activities of
Salicylate‒Neocuproine Ternary Copper(II) Complexes. Molecules. Vol 20(2):
2115–2137.
Lee, J. D. 1994. Concise Inorganic Chemistry 4th
Edition. London: Chapman and Hall.
Nur Candar Eka, 2012. Sintesis dan
Karakterisasi Senyawa Kompleks dari Ion Logam Cu2+ dengan Ligan
Isokuinolin dan Ion Kompleks [Co(SCN)6]4-. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Nofitri. 2014. Pembuatan Bibit Serta
Analisis Ikatan Molekul Miselium Jamur Tiram Putih Dengan Fourier Transform
Infra Red (Ftir). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Institut Pertanaian Bogor.
Saper, R.B. 2009. Rash R. Zinc: an essential
micronutrient. Journal Am Fam Physician.
Vol 79(9):768-72.
Szafran, Z., Pie, R., Singh, M. 1991.
Microscale Inorganic Chemistry. Canada: John Willey and Sons Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar