LAPORAN PRAKTIKUM ANODASI ALUMINIUM
Untuk memenuhi salah satu tugas praktikum kimia anorganik
Dosen Pengampu: Cepi Kurniawan, S.Si., M.Si., Ph.D.
Kelompok 3:
Rahmi Fauziah 4311417061
Risa Destia Hapsari 4311417064
Kukuh Sugeng Laksono 4311417065
Ainuna Fauzia Elqudsy 4311417056
Shoffia Janatti 4311417054
Kimia 17-B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
Kelompok 3:
Rahmi Fauziah 4311417061
Risa Destia Hapsari 4311417064
Kukuh Sugeng Laksono 4311417065
Ainuna Fauzia Elqudsy 4311417056
Shoffia Janatti 4311417054
Kimia 17-B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
A. Tujuan
1. Menghasikan produk
lapisan oksida alumina dapat diaplikasikan untuk pewarnaan dalam proses lebih
lanjut.
2. Mengetahui pengaruh
perubahan variasi arus terhadap pembentukan pori untuk pewarnaan hasil proses
anodisasi dalam larutan asam sulfat (H2SO4).
B. Landasan Teori
Logam
aluminium merupakan salah satu logam yang sangat sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Logam ini sering dimanfaatkan sebagai perlengkapan
dapur, industri otomotif, hingga bahan pembuatan pesawat terbang. Aluminium
sering dipergunakan karena memiliki sifat-sifat yang unggul seperti kuat,
ringan mudah ditempa dan lain-lain (Istiyono, Sari, & Adi, 2008).
Lapisan
oksida aluminium (anodic porous alumina) memiliki sifat khas yaitu keteraturan
strukturnya yang terbentuk (Patermarakis G et all, 1993). Dengan prinsip
elektrokimia dan memanfaatkan sifat aluminium yang memiliki afinitas kimia
terhadap oksigen yang tinggi, oksida aluminium anodic porous alumina terbentuk
dengan melibatkan oksidasi anodik sehingga didapatkan lapisan alumina yang
porous (berpori), baik dalam skala mikro maupun nano (Y.Li et all, 2004). Karakteristik pori dari alumina ini
memberikan kemudahan dalam pewarnaan, dan mampu bersaing dengan metode cat
konvensional. Hingga saat ini sudah banyak terobosan dalam teknik pewarnaan
aluminium, salah satunya adalah inorganic dyeing.
Anodizing
merupakan suatu proses elektrolisis dengan prinsip dasar pembentukan lapisan
oksida aluminium secara terkontrol melalui proses aerasi sehingga terbentuk
lapisan oksida yang berpori (Presto & Fainstein, 2003). Secara umum teknik
anodizing dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, regular anodizing dan hard
anodizing. Teknik regular anodizing digunakan untuk keperluan yang bersifat
dekoratif, sedangkan teknik hard anodizing lebih bertujuan meningkatkan
kekuatan fisik dari logam aluminium. Teknik anodizing merupakan teknik yang
dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan logam aluminium terhadap korosi
serta meningkatkan ketahanan fisik serta keausan logam aluminium.
Proses
anodizing dilakukan dengan cara elektrolisis. Logam aluminium yang telah
dipreparasi dihubungkan dengan kutub positif power supply sedangkan kutub
negatifnya akan dihubungkan dengan logam inert seperti platina, timbal dan
lain-lain. Anoda dan katoda dari power supply ini kemudian dicelupkan kedalam
larutan elektrolit.
Pada
sel elektrolisis, anoda dihubungkan dengan logam aluminium yang akan
di-anodizing dan di bagian katoda dihubungkan dengan logam aluminium lain.
Kemudian pada sel ini dialirkan beda potensial. Beda potensial ini akan memicu
pertumbuhan lapisan oksida pada permukaan logam aluminium. Pembentukan lapisan
oksida pada permukaan aluminium sangat dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
terdapat ada larutan elektrolit. Pengaliran udara (aerasi) pada proses ini akan
menyuplai sejumlah oksigen pada sel elektrolisis sehingga larutan elektrolit
tidak mengalami defisit oksigen. Disamping itu fungsi penambahan aliran udara
pada proses ini adalah menciptakan rongga pori pada oksida aluminium yang
dibentuk. Terbentuknya pori pada oksida menandakan proses anodizing berhasil
dilakukan. (Ketut, I Wayan, dan I Nyoman, 2014)
Teknik
yang paling umum digunakan dalam anodizing berdasarkan jenis elektrolit yang
digunakan adalah jenis sulfuric acid anodizing. Hal ini disebabkan teknik ini
yang paling bernilai ekonomis. Konsentrasi asam sulfat yang paling optimum
digunakan untuk teknik anodizing adalah 15%. Pada konsentrasi 15%,
karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing memberikan tingkat
kekerasan dan keausan yang paling optimal (Sidharta, Soekrisno, dan Iswanto,
2012). Hal lain yang mempengaruhi kualitas aluminium hasil anodizing adalah
besar beda potensial yang diberikan. Perbedaan besar beda potensial yang
diberikan akan mempengaruhi lebar dan ketebalan pori oksida aluminium yang
terbentuk (Araoyinbo, Noor, Sreekantan, dan Azis, 2010).
Terdapat enam metode untuk proses anodasi aluminium dengan warna tergantung
dari bahan warna yang akan digunakan untuk anodasi:
- Surface coating yaitu dengan menggunakan asam kromat dengan organik polimer sebagai
zat warna
- Integral coloring dengan mengunakan asam organik tanpa pewarnaan khusus.
- Organik dyeing yaitu dengan menggunakan asam kromat degan pewarna organik.
- Inorganik dyeing yaitu menggunakan asam kromat dengan pewarna inorganik atau garam
warna.
- Electrolitic dyeing aitu dengan meggunakan asam kromat dengan pewarna secara elektrolit.
- Kombinasi electrolitic dengan dyeing yaitu menggunakan asam
kromat dengan kombinasi pewarnaan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan lapisan oksida
aluminium. Faktor tersebut diantaranya(Aluminium
Handbook, 2003):
- Konsentrasi larutan elektrolit.
- Waktu anodasi.
- Jenis dan konsentrasi larutan
elektrolit.
- Tegangan.
- Rapat arus.
- Temperatur.
C. Alat dan
bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
power supply, pipa U, amplas, kamera dan tisu. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah plat aluminium 1cm x 5 cm, plat tembaga 1cm x 5cm, aseton, etanol 95%,
aquadest, H2SO4 10% 500 ml, pewarna makanan, dan
methanol.
D. Cara
Kerja
1.
Pelat Aluminium 1
cm x 5 cm (di amplas) kemudian di rendam ke acetone 5 detik
2.
Dibilas dengan air
mengalir dan direndam dengan etanol 95%
3.
Dikeringkan dengan
oven selama 3 menit
Tahapan Anodasi
1.
Menyiapkan larutan
asam Sulfat (H2SO4) 10% sebanyak 500 mL
2.
Menyusun rangkaian
alat sel elektrokimia:
Kutub (+) ke anoda aluminium
Kutub (-) ke katoda logam tembaga.
Sel elektrokimia menggunakan perbedaan
ampere yaitu 100 mA, 200 mA, 300 mA.
3.
Proses pewarnaan
dengan menggunakan pewarna tekstil dilarutkan dengan metanol selama 5-15 menit
kemudian dibilas dan dikeringkan.
4. Pengujian karakterisasi ketebalan lapisan dan pengujian karakterisasi ukuran pori dengan menggunakan kamera 500x zoom
4. Pengujian karakterisasi ketebalan lapisan dan pengujian karakterisasi ukuran pori dengan menggunakan kamera 500x zoom
E. Data
Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1
|
Mengamplas Aluminium dan Tembaga
|
Permukaan menjadi kasar dan oksidanya lepas
|
2
|
Perendaman dengan Acetone
|
Tidak ada perubahan
|
3
|
Pembilasan dengan air mengalir
|
Tidak ada perubahan
|
4
|
Perendaman dengan etanol
|
Tidak ada perubahan
|
5
|
Pengeringan dengan tisu
|
Aluminium dan tembaga kering
|
6
|
Menyiapkan larutan H2SO4
|
Larutan H2SO4 dimasukkan ke dalam
pipa U
|
7
|
Menyusun rangkaian alat sel elektrokimia
|
Pada kutub (+) ke anoda Al
Pada kutub (-) ke katoda Cu
Anoda dan katoda idak boleh terkena H2SO4
Dilakukan variasi arus
0,1A ; 0,2A ; 0,3A
a. Arus
0,1A
Logam Cu terdapat gelembung
b. Arus
0,2A
Logam Cu terdapat gelembung
c. Arus
0,3A
Logam Cu terdapat gelembung
|
8
|
Pembilasan dengan air
|
Tidak ada perubahan
|
9
|
Proses pewarnaan
|
Dilakukan pemanasan terlebih dahulu
a. Arus 0,1A
b. Arus 0,2A
c. Arus 0,3A
|
10
|
Karakterisasi dengan kamera
|
a. Arus 0,1A
Terdapat bercak
hijau
b. Arus 0,2A
Terdapat bercak
hijau yang cukup jelas
c. Arus 0,3A
Terdapat bercak
hijau yang sangat jelas
|
F. Pembahasan
Anodasi merupakan suatu
proses elektrolisis dengan prinsip dasar pembentukan lapisan oksida aluminium
secara terkontrol melalui proses aerasi sehingga terbentuk lapisan oksida yang
berpori (Presto & Fainstein, 2003). Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah reaksi redoks dengan
elektrolit H2SO4. Reaksi yang terjadi pada anoda yakni:
2𝐻2𝑂 → 4𝐻+ + 𝑂2 + 4𝑒−
Hal
tersebut juga terjadi pada proses anodasi secara konvensional, dalam aplikasinya material piston tersebut membutuhkan sifat
yang tahan terhadap keausan dan ketahanan panas karena beroperasi dengan tingkat
gesekan yang tinggi yang pasti rentan terhadap keausan, disamping kebutuhan
akan suatu penampilan yang menarik agar pembeli tertarik (Sidharta. 2014).
Material utama yang digunakan pada percobaan kali ini
yakni alumunium sebagai anoda. Alumunium sendiri merupakan konduktor panas yang
baik dan mudah ditempa dan banyak digunakan dalam peralatan sehari-hari
sehingga dianodasi dengan tujuan meningkatkan ketahan dan manambah daya jual.
Percobaan ini juga menggunakan katoda Cu sebagai pasangan. Adapun reaksi yang
terjadi yaitu:
𝐶𝑢2+ + 2𝑒− → 𝐶𝑢
Anodasi alumunium dilakukan dengan mengamplas plat
alumunium dengan tujuan menghilangkan oksida alami yang terdapat pada
alumunium. Setelah pengamplasan dilakukan, plat alumunium direndam dengan
aseton dengan tujuan menghilangkan sisa oksida hasil pengamplasan, kemudian
dibilas dengan air mengalir dan di rendam dengan etanol 95% bertujuan untuk
mencegah oksida kembali terbentuk pada pelat aluminium. Pelat aluminium yang
telah terbebas dari oksida dimasukkan dalam pipa U yang berisi larutan H2SO4
10% untuk proses anodasi dengan menggunakan variasi arus pada alat power supply sebesar 100 mA, 200 mA, 300
mA.
Pengamatan visual ini bertujuan untuk melihat kecenderungan
perubahan sampel secara fisik. Hasil pengamatan visual pada penelitian ini
adalah terdapat perubahan warna pada permukaan sampel aluminium pada bagian
yang telah dianodisasi, yaitu cenderung lebih gelap dan buram dibandingkan
dengan sampel aluminium sebelum anodisasi (gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa
permukaan sampel aluminium hasil anodisasi telah mengalami reaksi kimia dengan
larutan elektrolit asam sulfat.
Gambar 2. Hasil pewarnaan Al 0,1A Gambar 3. Hasil pewarnaan Al 0,2A Gambar 4. Hasil pewarnaan Al
0,3A
Dari hasil percobaan
menunjukan bahwa variasi kuat arus menghasilkan pewarnaan dengan permukaan
oksida yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi ampere yang
digunakan maka jumlah alumunium terlarut akan semakin banyak. Sehingga dari
anodasi 0,1A; 0,2A; 0,3A memiliki kecenderungan zat pewarna yang terserap makin
optimal. Pada hasil anodasi 0,1A cenderung zat yang terserap lebih sedikit hal
ini dikarenakan pori-pori alumunium membentuk Al2O3
secara cepat, akibatnya zat pewarna yang terperangkap lebih sedikit. Pada hasil
anodasi 0,2A zat warna yang terserap sudah lebih banyak dibandingkan hasil
anodasi 0,1A. Pada hasil anodasi 0,3A zat warna yang terserap terlihat lebih
banyak dan lebih nampak. Pada percobaan ini dapat disimpulkan semakin tinggi
arus, maka hasil pewarnaan akan semakin terlihat. Hasil pewarnaan akan lebih baik
dengan menggunakan pewarna tekstil daripada pewarna makanan hal ini disebabkan
pewarna makanan diperoleh dari bahan alami yang mudah teroksidasi apabila
dilakukan pemanasan sehingga warna yang dikeluarkan tidak sekuat pewarna
tekstil.
G. Kesimpulan
1.Hasil anodasi pelat aluminium menghasilkan warna yang dapat diaplikasikan untuk pewarnaan dalam proses lebih lanjut dan dapat menambah daya jual aluminium
2. Semakin tinggi arus yang digunakan,maka hasil pewarnaan akan semakin terlihat.
1.Hasil anodasi pelat aluminium menghasilkan warna yang dapat diaplikasikan untuk pewarnaan dalam proses lebih lanjut dan dapat menambah daya jual aluminium
2. Semakin tinggi arus yang digunakan,maka hasil pewarnaan akan semakin terlihat.
Daftar Pustaka
Aluminium
Handbook 2. “Forming, Casting, Surface Treatment, Recycling and Ecology”. Aluminium-Verlag
Marketing & Kommunikation GmbH. Germany.2003.
Araoyinbo
A.O., Noor A.F.M., Sreekantan S. & Aziz A. 2010. Voltage Effect On
Electrochemical Anodization Of Aluminum At Ambient Temperature. International Journal of Mechanical and
Materials Engineering (IJMME), Vol. 5 (2010), No. 1, 53-58.
Istiyono E., Sari R.Y.A. & Adi B.S. 2008. Pengelolaan Limbah
Industri Penyepuhan Logam Perak (Elektroplating) Di Lingkungan
Pengrajin Perak Kecamatan Kotagede. Artikel Program Penerapan IPTEKS.
023/SP2H/PPM/DP2M/II/2008
Ketut AA., I Wayan Karyasa & I Nyoman Suardana. 2014.
Anodizing Logam Aluminium Dengan Variasi Beda Potensial. e-JournalKimia Visvitalis. Universitas
Pendidikan Ganesha : Bandung
Patermarakis G; Papandreadis N (1993), Study on the kinetics
of growth of porous anodic Al2O3 film on Al metal Electrochim, Acta
38:2351-2355
Y. Li, Y. Kanamori, K. Hane, A new method for fabrication
nano-porous aluminum grating array, Microsystem Technologies 10 (2004) 272
Presto C. & Fainstein L. 2003. Anodizing. The University
of Manitoba; England
Sidharta B.W., Soekrisno R. & Iswanto P.T. 2012.
Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Dan Waktu Anodisasi Terhadap Ketahanan Aus Dan
Kekerasan Pada Lapisan Oksida Paduan Aluminium ADCL2. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST)
Periode III ISSN: 1979-911X
Sidharta, Bambang Wahyu. 2014. Pengaruh
Konsentrasi Elektrolit Dan Waktu Anodisasi Terhadap Ketahanan Aus, Kekerasan
Serta Ketebalan Lapisan Oksida Paduan Aluminium Pada Material Piston. Jurnal Teknologi Technoscientia.Vol.
7(1): 10-21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar